Seorang gadis berkerung hijau sedang
bercermin.
Cerminnya tua, ukiran kayunya lentik
seperti kuku-kuku yang biasa menggaruk tanah basah.
Merah merona.
Bicara soal tanah, gadis itu juga
berpakaian coklat tanah yang ranum. Semerbak dalam riuh anyelir.
Dia berjalan seperti orang yang sedang
jatuh cinta.
Dilemparkannya lembar-lembar daun jati
dengan tulisan kata yang bisu.
Semua orang bicara tentang kata dan bahasa.
Tapi kata-kata di atas daun jati tak punya
bahasa.
Dan bahasa masih tak punya kata.
Lalu dia berhenti bercermin. Dia berjalan
mudur seperti undur-undur disengat tringgiling yang entah bagaimana datangnya
selalu membuat ceruk sedalam jurang di kedalaman.
Sejurus saja dia sudah duduk ditepian kasur
yang busanya sudah bergelombang.
Lama dia terdiam. Lalu rintik hujan di luar
jendela menamatkan kata yang masih berlari dalam kepala atau mungkin buah
dadanya yang sintal.
Dia bangkit dan memanggil taksi dalam lelap
tidurnya yang masih berkerudung.
Surabaya,
January 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar